• Faktor Seleksi dalam Asuransi Kesehatan Kumpulan

    PADA beberapa edisi sebelumnya, saya sudah menyampaikan kepada Anda tentang berbagai program asuransi kesehatan kumpulan yang bisa disponsori oleh perusahaan, antara lain Indemnity Plans dan Manage Care Plans.

    Untuk menambah wawasan kita tentang program asuransi jenis ini, saya akan memaparkan kepada Anda tentang faktor-faktor penting yang menjadi patokan bagi perusahaan asuransi jiwa dalam melakukan proses seleksi risiko. Pada edisi kali ini, saya akan mengulas faktor yang terkait dengan karakteristik kumpulan atau grup dalam konteks penelitian risiko grup untuk kepentingan asuransi bagi karyawan.

    Biasanya, pihak group underwriter dari perusahaan asuransi jiwa akan melakukan penelitian secara paralel terhadap faktor-faktor terkait. Penelitian dilakukan untuk menentukan kelaikan program asuransi dan tertanggung yang diajukan oleh suatu permohonan penutupan asuransi kumpulan.

    Seleksi Risiko terhadap Delapan Faktor

    Pada prinsipnya, ada delapan faktor penting yang akan diteliti oleh perusahaan asuransi jiwa dalam rangka mengevaluasi penerbitan polis asuransi jiwa untuk suatu kelompok, yakni 1) latar belakang keberadaan kelompok, 2) jenis dan tipe kelompok, 3) stabilitas, 4) besaran jumlah peserta, 5) jenis usaha, 6) level partisipasi peserta dalam program, 7) usia, dan 8) jenis kelamin.

    Pertama, latar belakang keberadaan kelompok.Umumnya, perusahaan asuransi jiwa kurang berkenan menerbitkan polis asuransi bagi kelompok bila kelompok itu semata-mata dibentuk atau didirikan dengan tujuan untuk menutup kebutuhan asuransi jiwa bagi para anggota di dalamnya.

    Hal ini terkait dengan tendensi yang terjadi (berdasarkan pengalaman di beberapa negara) bahwa antiseleksi bisa terjadi pada kelompok seperti ini. Antiseleksi adalah istilah yang umum digunakan dalam bidang asuransi perihal situasi yang terjadi sebagai akibat dari informasi yang asimetris.

    Dalam hal ini,calon tertanggung atau pemegang polis mengajukan permohonan asuransi kepada perusahaan asuransi jiwa terkait dengan penyakit berat atau tingginya risiko kesehatan yang sudah diketahui oleh yang bersangkutan.

    Kedua,jenis dan tipe kelompok. Dalam hal ini, yang menjadi perhatian perusahaan asuransi jiwa terkait dengan evaluasi suatu kelompok. Misalnya, apakah sebuah kelompok terbentuk karena adanya hubungan antara pekerja dan pemberi kerja? Atau, apakah kelompok tersebut merupakan koperasi, asosiasi, atau entitas lainnya?

    Ketiga, stabilitas. Stabilitas terkait dengan kondisi di mana grup atau kelompok bisa mempertahankan arus masuknya anggota baru yang lebih muda dari waktu ke waktu sehingga kondisi ini memungkinkan kelompok tersebut memiliki penyebaran usia anggota yang merata.Pengalaman menunjukkan bahwa usia tua memiliki risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi.

    Group underwriter juga mempertimbangkan indikasi tingginya intensitas perubahan anggota dalam periode yang pendek.Pada kondisi seperti ini,perusahaan asuransi jiwa akan terkena tambahan biaya administrasi dalam rangka pengadministrasian coverage asuransi setiap anggota dalam kelompok tersebut.

    Keempat, besaran jumlah peserta. Saat ini ada banyak perusahaan asuransi jiwa yang memberikan batasan tidak terlalu ketat terhadap ukuran jumlah peserta dalam kelompok. Meskipun demikian, jumlah peserta yang besar dalam sebuah kelompok cenderung memiliki tiga karakter berikut ini:

    a) Semakin dekat dengan angka asumsi aktuarial dalam hal tingkat morbiditas dan mortalitas,
    b) cenderung memiliki fluktuasi klaim yang kecil,
    c) pengelolaannya membutuhkan biaya administrasi yang lebih kecil (persentase terhadap jumlah premi).

    Kelima, jenis usaha. Dalam proses seleksi risiko,group underwriter sangat memerhatikan faktor ini. Mengapa demikian? Bagi perusahaan asuransi jiwa, tipe dan jenis usaha tertentu memiliki probabilitas risiko yang lebih tinggi ketimbang jenis usaha lainnya. Keenam, level partisipasi peserta dalam program.

    Perusahaan asuransi jiwa umumnya mengelompokkan Program Asuransi Group Plan menjadi dua bagian, yakni noncontributory plan dan contributory plan. Pada noncontributory plan, perusahaan pemberi kerja yang mensponsori program ini akan membayar sepenuhnya premi asuransi kepada perusahaan asuransi jiwa. Dalam hal ini, karyawan sebagai anggota atau peserta dalam grup tidak ikut membayar premi. Bagaimana dengan contributory plan?

    Dalam hal ini, peserta turut berkontribusi dalam membayar sebagian kecil premi. Untuk mengurangi efek antiseleksi, dalam noncontributory plan, umumnya perusahaan asuransi mensyaratkan seluruh peserta wajib mengikuti program asuransi.Sebaliknya, untuk contributory plan, perusahaan asuransi membebaskan peserta untuk bergabung.

    Ketujuh, usia. Meskipun group underwriter tidak akan melakukan evaluasi risiko terhadap setiap peserta dalam kelompok satu demi satu (kecuali grup dengan peserta yang sangat sedikit), perusahaan asuransi tetap mengevaluasi penyebaran usia dari anggota atau peserta di dalamnya. Secara khusus, perusahaan asuransi jiwa akan menaruh perhatian pada besarnya jumlah peserta yang sudah berusia tua. Pengalaman menunjukkan bahwa kelompok ini memiliki risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi.

    Kedelapan, jenis kelamin. Proporsi jenis kelamin peserta dalam kelompok juga menjadi faktor evaluasi bagi perusahaan asuransi jiwa.Umumnya,kelompok wanita dalam grup cenderung memiliki risiko yang lebih kecil. Itu sebabnya, grup dengan proporsi peserta wanita yang lebih besar secara statistik akan memiliki risiko yang lebih kecil untuk coverage asuransi.

    Pada edisi pekan depan, saya akan membahas beberapa faktor lain yang terkait dengan coverage dalam program asuransi kesehatan kumpulan. Faktor-faktor tersebut akan menjadi kajian bagi perusahaan asuransi jiwa untuk menilai kelaikan perusahaan dalam mendapatkan proteksi asuransi kesehatan bagi para karyawan. (*)

    Eddy KA Berutu
    Ketua Departemen Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan AAJI (//rhs)